Kegiatan literasi yang dilaksanakan dalam pembelajaran, bukan hanya menjadi tanggung jawab guru mata pelajaran Bahasa Indonesia ataupun guru mata pelajaran bahasa yang lainnya, tetapi menjadi tanggung jawab guru semua mata pelajaran sehingga kecakapan literasi dapat dimiliki oleh siswa.
Apakah betul pernyataan di atas? Tentu saja.
Inilah yang menjadi tugas banyak pihak untuk mendorong guru mata pelajaran lain selain guru bahasa untuk turut serta bertanggung jawab atas literasi di pelajarannya masing-masing.
Yang selama ini dipikirkan oleh banyak guru adalah selain guru bahasa tidak perlu ikut serta dalam kegiatan literasi ini. Padahal itu tidak benar.
Bagaimana penerapan literasi di mata pelajaran lain selain pelajaran bahasa?
Cara termudah untuk memulai adalah membiasakan siswa (dan tentu guru juga) untuk disiplin membaca sebuah karya, baik cetak maupun digital. Cara lainnya adalah menulis dan menyimak serta berbicara. Kolaborasi antar mata pelajaran pun menjadi satu alternatif dalam kegiatan literasi dan numerasi ini.
Literasi dalam pembelajaran berarti dalam proses belajar di kelas, selalu terkait dengan kegiatan berliterasi. Jadi antara mempelajari konsep materi pelajaran dengan literasinya, tidak akan pernah terpisahkan.
Manusia
yang diciptakan oleh Tuhan diberikan kelebihan oleh-Nya, yang salah satunya
adalah memiliki akal pikiran. Manusia diberikan kemampuan untuk belajar yang
tidak bisa dibandingkan dengan makhluk yang lain. Hal ini membuat manusia dapat
berpikir, menganalisa, mengenal sesuatu, mempertanyakan sesuatu, dan sebagainya.
Kemampuan akan potensi memperbesar pengetahuan,
sangat terbuka lebar bagi manusia. Memperbesar pengetahuan ini dilakukan dengan
cara yang disebut belajar, baik belajar terkait akademis maupun di luar itu.
Gambar 1. Diskusi, belajar memecahkan suatu masalah secara bersama-sama
Gambar 2. Membuat mol, belajar mengurangi sampah organik
Mengapa manusia harus belajar? Hal ini tentu
memiliki banyak alasan. Beberapa di antaranya adalah:
Ibadah
Apapun yang kita lakukan dalam hidup, hendaklah didasari oleh ibadah. Begitu pun dengan belajar.
Agar ada perubahan hidup ke
arah yang lebih baik.
Hal ini tentu terjadi setelah
manusia mendapatkan pengetahuan, sehingga yang awalnya tidak tahu menjadi tahu
dan hidupnya berjalan ke arah yang lebih baik.
Untuk menambah wawasan.
Banyak hal dapat diketahui
oleh seorang manusia yang belajar.
Agar dapat bertahan hidup.
Dengan belajar dan menambah
wawasan, maka manusia dapat bertahan hidup dengan pengetahuan yang dimilikinya.
Untuk menyelesaikan masalah
hidup.
Dengan belajar, maka manusia
memiliki pengetahuan yang dapat digunakannya untuk menyelesaikan masalah hidup
yang ditemuinya.
Agar tetap eksis dalam
hidupnya.
Selaras dengan yang
disampaikan oleh Rene Descartes yaitu Cogito Ergo Sum yang artinya adalah
“aku berpikir, maka aku ada”, maka ketika seorang manusia belajar, akan
ada proses berpikir dan pada saat itulah manusia tetap eksis.
Agar melakukan segala sesuatu
sesuai dengan ilmunya.
Jika seorang manusia belajar
suatu bidang keilmuan, maka ilmu tersebut dapat digunakannya untuk melakukan banyak
hal.
Untuk mencapai cita-citanya.
Salah satu cara seorang
manusia dapat memperoleh apa yang dicitakannya adalah melalui kegiatan belajar.
Untuk mengikuti perubahan
zaman.
Zaman terus berubah, tentu
manusia harus dengan cermat mengamati itu dan mengikutinya perubahan zaman itu
dengan bijaksana, dan kebijaksanaan tersebut dapat diperoleh (salah satunya)
dengan cara belajar.
Untuk memenuhi kebutuhan
manusia.
Begitu banyak kebutuhan
manusia yang hendak dicapai. Salah satu cara agar kebutuhan hidup itu dapat
dicapai adalah dengan bekerja (bermatapencaharian). Bekerja dapat dimulai
dengan mempelajari sesuatu terlebih dahulu.
Itulah beberapa alasan mengapa
manusia harus belajar.
Heuristik adalah suatu
langkah-langkah umum yang memandu pemecahan masalah dalam menemukan solusi
masalah.
Dalam tulisannya
berjudul How To Solve It, George Polya,
seorang ahli matematika menunjukkan empat prinsip ketika akan memecahkan
masalah matematika. Empat prinsip ini, yaitu:
1.you have to understand the problem;
2.after understanding, make a plan;
3.carry
out the plan;
4.look
back on your work.
Apa maksud dari keempat
prinsip tersebut? Berikut penjelasannya.
1.Understand
The Problem (Pahami Masalah)
Memahami
masalah seringkali adalah sesuatu yang tertinggal untuk dilakukan oleh siswa.
Padahal inilah poin utama dalam memecahkan suatu masalah. Tentu dengan paham
akan masalah yang dihadapi, solusi yang diharapkan pun akan sesuai penggunaannya.
Dalam
praktiknya di kelas, ketika berhadapan dengan siswa yang akan memecahkan
masalah matematika, penulis selalu mengingatkan siswa agar melakukan kegiatan
literasi soal dalam rangka untuk memahami terlebih dahulu soal yang
dihadapinya.
Dalam
tulisan Polya pun, ia mengajarkan kepada guru bagaimana mengarahkan siswa untuk
berpikir tentang pertanyaan yang sesuai, tergantung pada situasinya, seperti:
§Apakah
kalian mengerti semua kata yang digunakan dalam menyatakan masalahnya?
§Adakah
informasi yang cukup untuk memungkinkan kalian menemukan solusinya?
§Apa
yang diminta untuk ditemukan atau ditunjukkan?
§Dapatkan
kalian memikirkan sebuah gambar atau diagram yang dapat membantu untuk memahami
masalahnya?
§Atau
pertanyaan-pertanyaan lainnnya yang mendukung upaya siswa memahami soal.
Selain
tergantung pada situasi, guru mengajukan pertanyaan pun harus menyesuaikan
dengan tingkat kesulitan yang sesuai bagi siswa, untuk memastikan apakah setiap
siswa memahami pada tingkat mereka sendiri atau tidak, sampai masing-masing
dapat merespon dengan sesuatu yang konstruktif.
Setelah
memahami masalah, siswa diarahkan untuk menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan. Hal ini dapat membantu dalam langkah menuju pemecahan masalah.
2.Make
A Plan (Rancanglah Sebuah Rencana)
Dalam
memecahkan masalah, Polya menyebutkan ada banyak cara yang dapat dilakukan.
Keterampilan dalam menyelesaikan masalah dapat dikembangkan semakin baik, tentu
dengan memecahkan banyak masalah. Hal ini akan membuat siswa semakin teruji
dalam memilih strategi yang tepat dan lebih mudah.
Polya
memberikan daftar strategi yang dapat digunakan, antara lain:
§carilah
polanya;
§gunakan
model;
§gunakan
rumus;
§gambarkan
sketsanya;
§dan
lain-lain.
3.Carry
Out The Plan (Laksanakan Rencana yang telah Dibuat)
Pekerjaan
yang lebih sulit (yaitu merancang rencana) telah terlewati. Langkah selanjutnya
adalah laksanakan apa yang telah direncanakan untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Dalam kegiatan ini, dibutuhkan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran.
Bagaimana
setelah tekun, teliti, dan sabar dalam melaksanakan rancangan yang telah dibuat
ternyata tidak bekerja dengan baik? Abaikan dan pilih rencana yang lain. Karena
bertahan dengan rancangan yang dibuat, belum tentu membuahkan hasil.
4.Look
Back On Your Work (Lihat Kembali Pekerjaanmu)
Checking the answer
atau mengecek kembali jawaban kita adalah langkah terakhir sebelum memutuskan
bahwa pekerjaan kita telah selesai.
Polya
menyebutkan bahwa banyak hal dapat diperoleh dengan meluangkan waktu untuk
melihat kembali apa yang telah dilakukan, apa yang berhasil dan mana yang tidak
berhasil.
Melakukan
hal tersebut akan memungkinkan kita untuk memprediksi strategi apa yang akan
digunakan untuk memecahkan masalah pada masalah-masalah berikutnya.
Keempat langkah di atas
dapat dilakukan dalam rangka memecahkan masalah (matematika khususnya). Jika
teknik tersebut gagal, Polya menyarankan “If
you can’t solve a problem, then there is an easier problem you can solve: find
it. – Jika Anda tidak dapat memecahkan masalah, maka ada masalah yang lebih
mudah yang dapat anda selesaikan: temukanlah.”
Atau: “If you cannot solve the proposed problem, try to solve first some
related problem. Could you imagine a more accessible related problem? –
Jika anda tidak dapat menyelesaikan masalah yang diajukan, cobalah selesaikan
dulu beberapa masalah yang terkait. Bisakan Anda membayangkan masalah terkait
yang lebih mudah diakses?”
Guru matematika yang
seringkali menemukan siswa kesulitan dalam memecahkan masalah harus senantiasa
membelajarkan diri sendiri tentang Polya’s
heuristic dan berbagi pengetahuan tentang hal ini dengan siswanya.
Diharapkan dalam menghadapi masalah apapun, siswa siap menerapkan empat prinsip
dalamPolya’s heuristic untuk memecahkan masalah yang ada.
CONTOH
PENERAPAN POLYA’S HEURISTIC
A
B
C
D
Sebuah pertanyaan mengemuka seperti berikut: “Pada
situasi ini, nampak sebuah segiempat (sebarang).
Mungkinkah segiempat ini dipotong dan
disusun lagi sehingga membentuk suatu jajargenjang yang luasnya sama dengan
segiempat ini?”
Mengikuti empat prinsip
Polya’s heuristic, maka hal-hal yang
perlu dilakukan adalah:
1.you have to understand the problem;
Hal
yang hendak dicari penyelesaiannya adalah menjawab pertanyaan tentang apakah
segiempat tersebut mungkin dipotong dan disusun lagi sehingga membentuk suatu
jajargenjang yang luasnya sama dengan segiempat yang dimaksud?
2.after understanding, make a plan;
Setelah memahami masalahnya, kita
membuat rencana akan diapakan segiempat tersebut. Beberapa rencana dibuat untuk
menyelesaikan masalah tersebut, antara lain:
(i)Membuat gambar di kertas;
(ii)Membuatpola-pola dan konsep tertentu pada gambar yang dimaksud;
(iii)Melakukan
transformasi pada beberapa bangun yang terbentuk;
(iv)Menggunakan
sifat terkait bangun-bangun tersebut;
3.carry
out the plan;
Setelah merencanakan, kegiatan
berikutnya adalah melaksanakan rencana yang telah dirancang.
a.Rencana
1
(i)Keempat sisi segiempat ABCD dicari titik
tengahnya yang dapat diberi nama titik P, Q, R, dan S.
(ii)Hubungkan titik P ke Q, titik Q ke R,
titik R ke S, dan titik S ke P.
(iii)Potong garis PQ, QR, RS, dan PS tersebut
dan terbentuk lima bangun: APS, BPQ, CRQ, DSR, PQRS.
Misalkan panjang sisi AB = x, maka AP = PB = x, maka:
Dengan cara yang sama, kita dapat
melakukan perhitungan untuk mencari panjang SR.
§panjang
QR = PS = BD
dan garis QR sejajar PS.
(v)Besar sudut SPQ = besar
sudut SRQ dan besar sudut PQR = besar sudut PSR.
(vi)Karena alasan-alasan di atas, maka
kesimpulan awal adalah bangun PQRS merupakan jajargenjang.
(vii)Selanjutnya lakukan rotasi bangun BPQ
dan DSR serta translasi bangun APS, sehingga P’QRS’ merupakan jajargenjang.
(viii)Kesimpulan: gabungan antara bangun PQRS
dan P’QRS’, yaitu bangun PP’S’S merupakan bangun jajargenjang.
b.Rencana
2
(i)Keempat sisi segiempat ABCD dicari titik
tengahnya yang dapat diberi nama titik P, Q, R, dan S.
(ii)Hubungkan titik P ke R dan titik Q ke S.
Tidak lupa kita tentukan bahwa titik potong garis PR dan garis QS adalah titik
Y.
(iii)Misalkan besar sudut PYS = x, maka besar sudut QYR = x (sudut yang saling bertolak belakang).
Dengan alasan yang sama, besar
sudut PYQ = sudut RYS = y.
(iv)Dengan translasi empat bangun, yaitu
bangun APYS, BPYQ, CQYR, dan DRYS, maka diperoleh bangun jajargenjang berikut.
4.look
back on your work
Setelah melaksanakan rencana yang
telah dirancang, maka tugas kita berikutnya adalah me-review.
Dari dua rencana, ternyata dapat dilihat
dan disimpulkan bahwa dengan konsep kesebangunan, sebuah bangun segiempat
sebarang dapat dipotong dan disusun kembali sehingga membentuk suatu
jajargenjang yang luasnya sama dengan segiempat.
Konsep sudut yang saling bertolak
belakang pun dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Hal lain yang tambahan adalah
kegiatan translasi dan rotasi membantu dalam penyimpulan kegiatan ini.
Demikian jawaban dari
pertanyaan di awal dengan mengikuti prinsip-prinsip Polya’s
heuristic.